L
|
imbah udang yang berupa kulit, kepala dan ekor
dengan mudah didapatkan. Dalam limbah tersebut mengandung senyawa kimia yang
berupa kitin dan kitosan. Senyawa ini dapat diolah karena hal ini dimungkinkan
karena kitin dan kitosan mempunyai sifat sebagai bahan pengemulsi koagulasi,
reaktifikasi kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation
sehingga dapat berperan sebagai penukaran ion dan dapat berfungsi sebagai
absorben logam berat dalam air limbah
Dalam
pembuatan dari limbah udang dapat
dilakukan melalui tiga tahap yaitu proses deproteinasi, proses demineralisasi
dan proses deasetilasi. Penghilangan protein melalui proses kimia
(deproteinasi) dilakukan dengan menggunakan larutan NaOH 5%. Penghilangan
kandungan mineral melalui proses kimiawi (demineralisasi) dilakukan dengan
menggunakan larutan HCl 1N, sedangkan deasetilasi dilakukan dengan cara
pemanasan dengan menggunakan NaOH 50%. Tetapi salah satu kelebihan lainya
dari kitin dan kitosan adalah kitosan dapat digunakan sebagai pengawet bahan
makanan yang tidak berbahaya untuk dikonsumsi yaitu dengan menggunakan bahan
kimia (NaOH dan HCl) yang minimal. Pemanfaatan limbah tersebut diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan baku industri khususnya di bidang pangan, dan juga
layak dikonsumsi sebagai pengawet bahan makanan yang tidak berbahaya bagi tubuh.
Proses deproteinasi dilakukan dengan
cara tepung limbah udang dengan berat tertentu, dimasukkan dalam labu leher
tiga dengan penambahan NaOH 5% dengan volume tertentu. Perbandingan antara
berat limbah udang dengan volume NaOH 5% adalah 1:15 (weight/volume). Ekstraksi
dilakukan selama 2 jam pada suhu 100ºC untuk menghilangkan kandungan
proteinnya. Hasil deproteinasi lalu disaring untuk diambil residunya dan dicuci
menggunakan air sampai pH netral, kemudian residu dikeringkan dalam oven dengan
suhu 600C.
Proses
demineralisasi, residu hasil deproteinasi yang telah dicuci sampai pH netral
dan dikeringkan dimasukkan ke dalam labu leher tiga dengan penambahan HCl 1N dengan volume tertentu. Ekstraksi
dilakukan selama 1 jam pada suhu 80ºC untuk menghilangkan kandungan mineralnya.
Hasil demineralisasi lalu disaring untuk diambil residunya dan dicuci
menggunakan air sampai pH netral, kemudian residu dikeringkan dalam oven.
Residu hasil demineralisasi yang telah dikeringkan disebut kitin.
Proses deasetilasi yaitu mengubah kitin menjadi
kitosan , kitin dimasukkan ke dalam labu leher tiga dengan penambahan NaOH 40%
dengan volume tertentu. Ekstraksi dilakukan selama 2 jam pada suhu 110ºC. Hasil
deasetilasi lalu disaring untuk diambil residunya dan dicuci menggunakan air
sampai pH netral, kemudian residu dikeringkan dalam oven. Residu dari hasil
deasetilasi inilah yang disebut kitosan. Kemudian hasil dianalisis derajat
deasetilasi, kadar abu, kelarutan, dan viskositasnya untuk mengetahui mutu
kitosan .
Kemampuan
dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan kitosan memiliki polikation bermuatan positif yang
manpu menghambat pertumbuhan bakteri sehingga baik digunakan sebagai bahan
pengawet makanan. Indikator parameter daya awet hasil pengujian dengan
menggunakan limbah udang antara lain :
1.
Keefektifan dalam mengurangi jumlah lalat yang
hinggap.
2.
Keunggulan dalam uji mutu penampakan dan rasa,
dimana hasil riset, menunjukkan penampakan ikan asin dengan coating chitosan
lebih baik bila dibandingkan dengan ikan asin kontrol (tanpa formalin dan
kitosan ) Keefektifan dalam menghambat pertumbuhan bakteri, dimana nilai TPC
(bakteri) sampai pada minggu kedelapan perlakuan, pelapisan kitosan masih sesuai dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia) ikan asin, yakni dibawah 1 x 105 (100 ribu koloni per gram).
3.
Kadar air, di mana perlakuan dengan pelapisan
kitosan sampai delapan minggu
menunjukkan kemampuan kitosan dalam
mengikat air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar